top of page

Totus Tuus


Ilustrasi: www.opusdei.org/

"Totus tuus ego sum, et omnia mea tua sunt”. Seluruh diriku menjadi milik-Mu, dan semua yang ku punyai menjadi milik-Mu. Inilah kata-kata yang harus setiap kali didaraskan untuk memperbarui penyerahan diri kepada Bunda Maria. Paus Yohanes Paulus II menghayati spiritualitas Totus tuus yang merupakan jawaban Bunda Maria kepada Allah: terjadilah padaku seturut kehendak-Mu (fiat foluntas tua).


Mengasihi Tuhan secara total dengan segenap hati, budi, dan kekuatan tidaklah mudah; karena menyerahkan diri seluruhnya berarti kehilangan diri sendiri. Anugerah Allah yang paling berharga adalah kebebasan berkehendak. Bunda Maria menyerahkan kebebasan berkehendak kepada kehendak Allah. Yesus menyerahkan diri pada kehendak Allah: “Kalau bisa piala ini berlalu dari padaKu, namun janganlah seperti kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu yang terjadi”. Yohanes Paulus II mengalami kesusahan besar semenjak kecil; kehilangan kakak, ibu, ayah, dan juga negaranya. Tuhan mengambil semua orang yang disayanginya, karena semua adalah milik-Nya. Pengalaman hidupnya menuntun pada penghayatan hidup Bunda Maria yang menyerahkan hidupnya secara total dan menerima Yesus dalam hidup-Nya; menyerahkan segalanya untuk menjadikan Tuhan segalanya. “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Matius 5: 3).


Totus tuus adalah kerendahan hati di hadapan Allah; bahwa segalanya adalah milik Allah, berasal dari Allah, dan untuk Allah. Kita manusia yang hidup di dunia seringkali melekat pada harta milik di dunia dan kita sulit melepaskan milik kita. Kita menderita karena takut kehilangan milik kita. Padahal segala yang fana akan berlalu dan hanya Allah yang abadi. Sesungguhnya kita tidak bisa memiliki yang abadi, dan yang abadilah yang memiliki kita. Totus tuus adalah jalan sempurna untuk bersatu dengan Tuhan; hanya dengan berserah diri secara utuh menerima kehadiran hidup Allah secara penuh. “Datanglah KerajaanMu, jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam sorga”.


Totus tuus harus sering kita ucapkan untuk selalu memperbarui penyerahan diri kita kepada Tuhan; agar Tuhan merajai hidup kita. Penyerahan diri bukan putus asa atau pelarian diri, namun siap-sedia menerima tugas melakukan kehendak Tuhan. Banyak orang berdalih tidak mudah mengerti kehendak Tuhan. Bunda Maria bertanya kepada Malaikat; “Bagaimana mungkin itu terjadi?”. Jawab Malaikat; “Roh Kudus akan turun atasmu, dan kuasa Allah yang Mahatinggi menaungi engkau; (Lukas 1:35) Totus tuus siap sedia menerima kehadiran Allah yang menaungi kita dalam Roh Kudus. Ambillah, ya Tuhan, kebebasanku, kehendakku, budi ingatan. Semua yang ada padaku, milik-Mu juga. Dan perintahkanlah maka akan kutaati.


Doa Santo Fransiskus Asisi: “Tuhan berilah kekuatan untuk menerima segala sesuatu yang tidak dapat diubah, dan kekuatan untuk mengubah segalanya yang masih dapat diubah. Berilah kebijaksanaan untuk membedakan mana yang bisa diubah dan mana yang tidak dapat diubah.” Dalam teologi berprinsip fides quaerens intellectum atau iman mencari kebijaksanaan. Kebijaksanaan untuk membedakan roh (discretio spiritum) yang benar atau salah. Tuhan memberikan karunia kebijaksaan dan menyertai serta menuntun mereka yang berserah diri kepada-Nya. Totus tuus.




-RD Rochadi Widagdo-

bottom of page