Selamat memasuki masa Prapaskah
“Koyakkanlah hatimu, dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu, sebab ia pengasih dan penyanyang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia,.. (Yoel 2:13)
Sungguh melegakan membaca ayat di atas. Allah kita mendidik kita menjadi manusia cerdas yang mengerti makna terdalam dari suatu pertobatan. Allah ingin pertobatan itu menjadi pembalikan hati, dari yang tidak baik menjadi semakin baik, dari yang jahat menjadi berkenan di hati sesama dan Allah. Pertobatan adalah usaha yang amat dihargai Allah sejak dahulu sampai hari ini.
Keluarga Katolik yang terkasih, pada masa Prapaskah ini, mari kita tingkatkan kewaspadaan akan hidup rohani kita masing-masing. Hidup selalu menuntut pikiran logis, cerdas, pintar, dan mampu bersaing. Kompetisi di dunia ini sering menggelapkan mata kita untuk tidak mengejar tujuan yang lebih tinggi, yaitu Allah yang mencipta semua ini baik. Kita membuat pikiran dan ide-ide kita sendiri yang terbaik, padahal barangkali itu semua diselimuti pengalaman buruk di masa lalu. Kesadaran iman membuat hidup moral kita bertumbuh meski kita manusia rapuh.
Mari berpikir manusiawi. Banyak sekali pasangan menikah yang mengatur kelahiran dalam keluarganya dengan menghalalkan segala cara. Alat-alat kontrasepsi, tindakan medis untuk menghentikan kesuburan, maupun aborsi belum berhenti dilakukan oleh keluarga-keluarga di dunia. St. Teresa dari Calcutta selalu mengatakan hal ini dengan sedih dan prihatin. Bukankah ini sumber dosa yang bisa ditoleransi oleh orang-orang jaman ini? Kita harus membuat keluarga kita makin beradab dan makin adil, juga pada janin-janin yang disia-siakan. Lakukan pengaturan kelahiran secara natural supaya tidak melawan kehendak Allah.
Himpitan ekonomi juga dapat membuat orang berlaku curang dan merasa tidak bersalah, karena merasa berhak hidup bahagia dan lebih sejahtera. Korupsi masih menjadi masalah besar di Negara kita. meskipun demikian tidak sedikit keluarga yang bertahan dalam situasi sulit dan tetap memegang imannya karena merasa takut menodai hukum keadilan yang disukai Allah.
Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allah-Mu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutu-Mu.” (Ibrani 1:9)
Allah mengasihi orang yang mengasihi sesamanya. Hidup bersamalah yang dibela Allah. Semakin orang dapat menjadi berkat, memimpin gerakan kebaikan dan keadilan, maka ia menjadi semakin manusiawi dan berguna bagi orang banyak. Allah semakin berkenan pada hidup seseorang jika hidupnya menjadi baikan bagi banyak orang. Jika hidup bersama kita baik, maka kita akan diperhitungkan sebagai “kekasih Allah” yang akan menerima janji keselamatan dan damai sejahtera dunia dan akhirat.
Pertobatan itu juga mengajarkan sesuatu yang baik kepada seluruh keluarga. Penerusan nilai-nilai harus dapat dilakukan sejak anak-anak masih kecil. Adat sopan-santun bangsa Indonesia, kearifan bergaul, dan tata krama perlu diajarkan sejak anak-anak masih berusia muda, supaya mereka jangan menemui kesulitan menentukan pilihan yang baik di masa depan. Orangtua tidak boleh membangun kebaikan bagi dirinya sendiri. Ia harus mengajak seluruh keluarga untuk bersikap adil, bersikap murah hati, penuh kasih, dan beriman secara nyata.
Ajakan melakukan pertobatan menjadi sangat mendesak bagi kita. Jangan puas pada laku liturgis saja. Kita telah memulai masa prapaskah dengan Rabu Abu dan kelak akan melanjutkannya dalam hari-hari tobat. Tetapi melihat ayat di atas, pertobatan itu harus berbuah nyata, bukan hanya konsep dan keyakinan yang tak pernah terwujud. Pertobatan harus kelihatan karena kita adalah pewujud utama dari kebenaran yang kita yakini. Kebenaran itu ada jika kita mampu membuktikannya dalam hidup sehari-hari.
Musuh pertobatan adalah diri sendiri. Kita bisa bersikap sombong, kikir, tidak adil, atau kekurangan iman, tetapi Roh Kudus yang telah dicurahkan akan mengusik kita untuk bertobat. Tanggapi dan dengarkan suara kegelisahan, rasa bersalah, dan penyesalan, karena itu jalan menuju hidup yang semakin baik dan semakin dekat dengan Tuhan. Diri sendiri harus dikalahkan jika membawa kita pada pengalaman buruk bersama orang di sekitar kita.
Keluarga terkasih, pengakuan dosa, puasa dan pantang adalah sarana baik untuk melatih pengenalan diri kita dan membantu kita menjadi lebih bijaksana. Jangan berhenti berjuang. Kalahkan kecenderungan yang menyesatkan, rayulah diri sendiri agar mengikuti jalan Tuhan lebih tekun dan berani. Buatlah diri kita menjadi “proyek percontohan” yang membuktikan bahwa Allah masih ada dan berkuasa di dalam hidup kita masing-masing.
Selamat menjalani masa berkat, retret panjang, masa tobat, dan masa permenungan. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin
Rm. Alexander Erwin Santoso MSF
Comments