Jika membaca riwayat hidup Rasul Paulus, kita akan terinspirasi dengan betapa besar kasihnya kepada Kristus. Ia mempersembahkan seluruh hidupnya untuk mengabarkan Injil. Bahkan rela dipenjara dan dianiaya, serta melakukan perjalanan yang berbahaya, demi mewartakan Kabar Gembira kepada segala bangsa.
Tugas pewartaan yang dulu dilakukan oleh Rasul Paulus dengan berjalan kaki, menjelajahi samudra luas, mengalami penghinaan dan penderitaan, sampai akhirnya menyerahkan nyawa demi Kristus yang tersalib, kini menjadi tugas yang harus kita emban bersama.
Dalam usaha menghantar banyak orang agar mengenal Kristus, Rasul Paulus tidak memusatkan perhatiannya kepada dirinya sendiri, tetapi kepada mereka yang dilayaninya. Ia seolah menempatkan dirinya sejajar dengan mereka dengan harapan mereka dapat menerima pesan yang disampaikannya.
Demikian pula dalam tugas pewartaan yang kita lakukan. Penting bagi kita untuk mengetahui latar belakang orang yang sedang kita ajak bicara. Dengan memahami pola berpikir mereka, kita akan dapat mewartakan pesan Injil dengan lebih efektif. Sekarang, di dunia yang serba digital ini, beragam media tersedia sebagai ‘penyambung lidah’ dalam mewartakan pesan injil.
Hal komunikasi sebagai hakikat Gereja ini pula yang ditekankan dalam dokumen yang dikeluarkan oleh Pontificum Consilium de Communicationibus Socialibus, yang membahas tentang Komunikasi Sosial, Aetatis Novae (1992) lalu Gereja dan Internet(2002). Dikatakan demikian, “Komunikasi di dalam dan oleh Gereja pada dasarnya adalah penyampaian tentang Kabar Gembira Yesus Kristus. Sebab di dalam Kristus yang adalah Sang Sabda yang menjadi manusia, komunikasi kasih antara Allah Bapa dan Allah Putera oleh kuasa Roh Kudus menjadi nyata. Komunikasi ini yang kemudian ditanggapi oleh manusia dalam iman mewujudkan dialog yang mendalam.”
Komunikasi kasih inilah yang perlu dihadirkan di tengah kehidupan manusia, melalui media komunikasi sosial. Orang-orang yang terlibat di dalam media ini mempunyai tanggung jawab untuk mewujudkan keselarasan antara Teladan yang dicontoh dan pelaksanaannya, agar para pembacanya dapat melihat hubungan antara keduanya. Yaitu bahwa Kabar Gembira yang dikomunikasikan adalah Kasih Allah yang disampaikan di dalam Kristus.
RD. Angga Sri Prasetyo
Komentar