
Setiap manusia tidak pernah luput dari badai yang menerpa hidupnya. Ketika badai ekonomi, sakit penyakit, penghinaan dan penghakiman dan lain-lain badai menerpa kita, maka kita jangan memandang sebelah mata, tetapi percayalah bahwa hati Allah Bapa memberikan kedamaian, ketenangan, pengampunan dan penyembuhan. Jangan biarkan badai menerpa iman kita dan kepercayaan kita. Ketika badai meneriakkan bahwa Allah tidak peduli, kita ditinggalkan sendirian untuk mengatasi badai kita sendiri – Percayalah kepada-Nya.
Ketika bangsa Israel hendak menghadapi laut merah, hal yang mereka perlukan untuk menyeberang adalah percaya kepada-Nya ( Bdk. Kel. 14 : 15-31 ). Ketika Daniel dilemparkan ke dalam gua singa untuk lolos dari singa-singa dia percaya kepada-Nya ( bdk. Dan. 6 : 1-29 ). Ketika Sadrakh, Mesakk, dan Abednego dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala, mereka dapat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api dan tidak terluka karena mereka percaya kepada-Nya (lihat Dan. 3 : 1 – 30 ).
Seperti perumpamaan tentang keinginan besar Allah Bapa mengadakan perjamuan untuk anak-Nya. Undangan ke perjamuan makan malam adalah undangan untuk berdekatan dengan Allah. Hal ini jelas dalam Perjamuan Malam terakhir, sebelum Yesus wafat. Di situ Yesus berkata kepada murid-murid-Nya ( Lihat dan baca Mat. 26 : 29 ).
Dalam 3 ( tiga ) perumpamaan , Yesus menjelaskan alasan Dia bersantap dengan para pendosa. Allah bergembira dan mengundang kita untuk bergembira bersama Dia ( baca Luk 15 : 6 ), kata si gembala ; ( Luk. 15 : 19 ), kata si perempuan itu; ( Luk. 15 : 23-24 ) kata si bapa.
Semua ungkapan itu adalah suara Allah, Allah tidak ingin menyimpan kegembiraan-Nya untuk Diri-Nya sendiri. Dia ingin setiap orang ambil bagian dalam kegembiraan itu.
Apakah kita masih memiliki iman seperti tokoh-tokoh yang telah dikemukakan di atas ? Iman seperti mereka adalah adalah sinergi kepercayaan, harapan, dan kerendahan hati. Mereka tahu bahwa Tuhan mengasihi mereka dan akan memimpin mereka melewati badai yang menerpa mereka.
Kurangnya kepercayaan akan membuat kita takut dan gelisah serta menyalahkan Tuhan dan orang lain atas badai yang terjadi dalam hidup kita. Kita akan gagal melihat mujizat yang Tuhan anugerahkan kepada kita. Kita menunjukkan sikap permusuhan dan menjadi kecewa serta putus asa, karena badai dalam hidup kita dan tidak mau berusaha untuk maju ke hadapan Allah seperti tokoh-tokoh di atas.
Jangan biarkan badai menghancurkan kita. Badai itu tetap menerpa kita , bahkan ketika kita mencurahkan hidup kita untuk melayani Tuhan, tidak terelakan bahwa badai cobaan dan kesengsaraan akan datang dan saya pribadi sudah mengalami semuanya sampai saat ini. Iblis akan melakukan segala daya untuk mencegah kita menjadi benar-benar bergantung dan percaya penuh kepada Tuhan.
Tuhan telah mempersiapkan kita dengan matang untuk semua badai yang menerpa kita. Saat kita membangun suatu relasi yang akrab dan intim dengan Tuhan dan iman kita semakin dewasa dan percaya penuh kepada-Nya, kita akan dimampukan untuk menghadapi dan mengatasi semua badai yang menerpa kita. Jangan menyerah, percayalah kepada-Nya dan ini adalah kata kunci Tuhan yang diberikan kepada kita melalui Santo Paulus ( Rom. 8 : 28 ).
DOMINIKUS DOLLET
Comments