top of page

Mengenal Latte Father

  • komsosymv
  • 8 Sep
  • 2 menit membaca
ree


Latte Father, atau dalam Bahasa Swedia Latte Papa, adalah fenomena yang berkembang di Swedia, fenomena ayah yang mengurus anak. Asal mula higga disebut latte father adalah adanya ayah-ayah yang memegang cangkir latte sambil mengurus anak, bisa dalam bentuk menggendong anak atau mendorong stroller bayi.

 

Munculnya latte father bermula di tahun 1974 dimana pemerintah Swedia membuat sistem cuti melahirkan yang membuat ayah dan ibu bisa memiliki cuti lebih panjang untuk mengurus anak. Cuti melahirkan yang lebih panjang ini ditujukan agar anak bisa memiliki ikatan batin yang kuat dengan orang tua, termasuk ayah.


Fenomena latte father juga meruntuhkan streotipe gender bahwa yang mengasuh anak adalah tugas ibu semata, namun juga merupakan peran ayah. Hal ini menjadi penting karena kehadiran ayah tentunya akan memberikan keseimbangan nilai-nilai yang diterima anak.


Latte father juga memberikan kesempatan bagi seorang ibu untuk melanjutkan karirnya. Sehingga kehamilan dan kelahiran tidak menjadi alasan penghambat berkembangnya karir seorang perempuan.


Meski begitu, latte father masih sulit diterapkan di Indonesia. Aturan cuti ayah di Indonesia masih minim. Baru profesi ASN yang memiliki cuti ayah bagi ASN laki-laki yang istrinya melahirkan. Itupun kisarannya hanya 15 sampai 60 hari, 15 hari untuk yang kelahirannya istrinya berlangsung lancar atau sehat, dan 60 hari apabila kelahirannya memiliki masalah Kesehatan.


Padahal cuti ayah selain bisa memberikan manfaat seperti latte father, juga bermanfaat bagi seorang ayah. Pada 25 Januari 2024 seorang pilot bahkan sempat tertidur saat bertugas, usut punya usut ternyata dirinya kelelahan karena harus mendampingi istri melahirkan. Maka sebenarnya cuti melahirkan untuk ayah sangat penting.


Tanpa mengurangi kondusifitas iklim usaha di Indonesia, seharusnya pemerintah bisa mengkaji kemungkinan latte father ada di Indonesia. Tentunya untuk memunculkan generasi penerus Indonesia yang lebih baik dengan adanya peran ayah dalam membesarkan seorang anak.

Meski begitu kita sebenarnya bisa menghadirkan latte father untuk anak kita dalam kondisi saat ini. Misalnya dengan lebih sering mengajak anak berinteraksi dan bermain. Entah sepulang kerja, atau sebelum kerja. Selain menciptakan bonding dengan anak, interaksi tersebut juga bisa menghindari anak dari pengaruh buruk atau bisa mengetahui jika anak memiliki masalah entah di sekolah ataupun di lingkungan bermain.



ANDREAS L. LUKWIRA

Komentar


Managed by

logo_komsos_copy.png
bottom of page