top of page

Mengapa Balita Memukul Diri Sendiri?


Pernahkah Mama Papa melihat si kecil tiba-tiba memukul kepala atau tubuhnya sendiri? Sedikit khawatir, tetapi tidak perlu panik. Kebiasaan ini ternyata cukup umum terjadi pada balita dan merupakan bagian dari perkembangan emosional mereka.


Apa sih penyebabnya?

  1. Kesulitan Mengungkapkan Emosi

    Pada usia dini, balita belum sepenuhnya mampu mengekspresikan emosi mereka dengan kata-kata. Saat mereka merasa frustasi atau lelah, mereka mengekespresikan perasaan tersebut secara fisik, termasuk memukul diri sendiri.

  2. Menarik Perhatian

    Anak-anak kecil sangat bergantung pada perhatian orang tua atau pengasuhnya. Jika mereka merasa diabaikan atau ingin diperhatikan, mereka menerapkan perilaku ini untuk menarik reaksi dari orang-orang ekitarnya.

  3. Eksplorasi Sensasi Fisik

    Beberapa balita memukul diri mereka sendiri sebagai cara untuk merasakan sensasi tertentu. Ini bisa menjadi bentuk eksplorasi terhadap tubuh mereka sendiri, terutama saat mereka mulai memahami keterbatasan fisik mereka.

  4. Tanda dari Kebutuhan Khusus

    Jika perilaku ini terjadi terlalu sering, sangat intens, atau disertai dengan gejala perkembangan lainnya, ada baiknya berkonsultasi dengan dokter anak. Dalam beberapa kasus, kebiasaan ini merupakan tanda gangguan perkembangan yang membutuhkan perhatian lebih.


Mama Papa, Bantu Yuk!

  1. Tetap Tenang

    Ketika anak mulai memukul diri sendiri, segera alihkan dengan memberikan pelukan atau sentuhan lembut untuk membantu anak merasa lebih nyaman.

  2. Ajar Anak Mengungkapkan Emosinya dengan Sehat

    Beri pengertian pada si kecil, ketika marah, jangan memukul tetapi dengan mengungkapkan kata-kata sederhana seperti "Aku marah" atau "Aku sedih".

  3. Alihkan Perhatian dengan Aktivitas Lain

    Jika anak mulai memukul dirinya sendiri, coba alihkan dengan aktivitas lain yang lebih positif, seperti bernyanyi, bermain, atau membacakan cerita.

  4. Ciptakan Lingkungan yang Tenang

    Pastikan anak memiliki rutinitas yang stabil dan suasana yang tenang di rumah untuk mengurangi stres dan kelelahan yang bisa memicu perilaku ini.

  5. Beri Perhatian Positif

    Berikan pujian dan perhatian saat anak menunjukkan perilaku yang baik, sehingga mereka belajar bahwa ada cara yang lebih baik untuk mendapatkan perhatian daripada dengan menyakiti diri sendiri.


Dengan kesabaran dan kasih sayang, orang tua bisa membantu anak melewati fase ini dengan lebih baik. Mama Papa hanya perlu lebih awas, memahami perilaku si kecil dan mengarahkannya dengan cara yang tepat agar tidak kebablasan.



Sumber: parents.com / RULLY LARASATI

Comentarios


Managed by

logo_komsos_copy.png
bottom of page