top of page

Maukah Anda menjadi alat-Nya?


Ilustrasi Foto: tabloidmitra.com

Tidak banyak yang tahu bahwa Tuhan kerap kali menyapa orang-orang yang dianggap berdosa untuk dijadikan inspirasi dan perpanjangan tangan-Nya. Sebagai contoh, yang cukup sering kita dengar adalah Paulus, seorang penganiyaya jemaat Kristen, atau Zakheus seorang pemungut cukai. Tuhan menyapa mereka secara pribadi dan menggunakan mereka untuk menyatakan kemuliaan-Nya di antar bangsa-bangsa.


Salah satu tokoh dalam Kitab Perjanjian Lama yang tidak banyak dimunculkan permukaan adalah seorang wanita bernama Rahab (lihat kitab Yosua 2: 1-24). Dalam tradisi Yahudi, Rahab ini merupakan tokoh yang triple minoritas atau dianggap rendah, pertama, dia seorang wanita, kedua dia seorang perempuan sundal, dan ketiga dia berasal dari bangsa bukan Yahudi.

Setelah Musa meninggal, Yosua menjadi pemimpin Bangsa Israel untuk menempati tanah terjanji. Kondisi mental bangsa Israel saat itu sedang terpukul, karena mereka kehilangan Musa yang menjadi panutan dan pemimpin mereka saat itu. Harapan mereka hancur dan kepercayaan diri mereka sedang dalam titik terendah.


Sampailah mereka di Kota Yerikho, salah satu kota yang dijanjikan Allah kepada Musa untuk menjadi tanah pusaka Israel. Pada saat mereka hendak mengintai kota Yerikho, para pengintai Israel diselamatkan oleh Rahab dari pengejaran para pasukan sehingga mereka dapat mengintai kota itu dengan aman. Bahkan Rahab memberikan kesaksian bahwa Tuhan, Allah Israel adalah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah (Yos 2:11). Karena pertolongan Rahab ini, Israel berhasil mengintai Kota Yerikho, dan selanjutnya mereka berhasil menduduki kota ini.


Kisah Rahab ini merupakan satu dari berbagai macam kisah yang mau mengatakan bahwa Allah dapat berkarya melalui siapapun bahkan melalui orang yang dianggap berdosa sekalipun. Tidak jarang kita mendengar kisah Yesus yang mengunjungi orang berdosa seperti para pemungut cukai, perempuan sundal, perempuan Samaria dan sebagainya.


Kalau saat ini kita memandang seseorang rendah karena kita anggap dia berdosa mungkin sudah saatnya kita merevisi cara kita memandang orang itu. Karena apa yang dipandang Tuhan tidak sama dengan apa yang kita lihat. Tuhan melihat jauh ke dalam hati orang, Tuhan melihat dan mengenal seseorang sampai pada hati yang terdalam.


Ataupun, kalau saat ini kita merasa sebagai orang berdosa, jangan pernah menyerah untuk mencari cinta Tuhan. Tuhan tidak memandang dosa, tetapi ia menghargai pertobatan, penyerahan diri seutuhnya kepada cinta-Nya. Siapa tahu anda adalah orang yang dipilih Allah untuk mewartakan cinta-Nya. Bukankah orang yang paling banyak menerima pengampunan adalah orang yang paling dapat mengenal cinta Allah? Kalau Tuhan mau memakai Paulus, Zakheus, Maria Magdalena, Perempuan Samaria, dan Rahab, tidak ada alasan bagi-Nya untuk tidak menggunakan anda sebagai perpanjangan tangan-Nya.



Cinta Tuhan menyertai anda sekalian,

Fr. Albertus Adiwenanto Widyasworo

bottom of page