top of page

Maria: Teladan Murid Ber-Iman


MARIA adalah sosok yang dikenal oleh banyak orang, pun di luar agama katolik. Gambar dan nama Maria terpampang jelas di pelbagai media dan tempat. Hal itu menunjukkan betapa penting peran Bunda Maria dan dalamnya cinta untuknya. Sungguh, Maria memiliki tempat khusus di hati umat beriman katolik pun tidak dipungkiri umat lainnya, yang mengagumi sosok Bunda Maria sebagai Bunda Yesus Kristus.


Sebagai Bunda Yesus Kristus, Maria memiliki peran penting dalam karya keselamatan manusia. Dari Perjanjian Lama sampai pada Perjanjian Baru, Allah ingin menyelamatkan manusia dari jeratan kematian dan setan, sejak kejatuhan “Adam dan Hawa” sampai hari ini, tetapi sulit menemukan manusia yang ingin dan dapat “bekerja sama” dengan-Nya. Nabi, hakim sampai semua orang yang dipilih Allah, tidak ada satu-pun yang dapat menerima dan memenuhi perannya penuh dalam rencana Allah. Tetapi, Maria sanggup dengan IYA dan ke-SETIA-an-nya.

Percakapan dengan malaikat dapat diartikan banyak hal, tetapi satu yang pasti adalah kesederhanaan dan kejujuran Maria di hadapan Allah. Ia tidak menolak pun tidak mempertanyakan rencana Allah. Ia hanya menunjukkan keadaan dirinya dan kerapuhannya sebagai manusia dengan kata Tanya “bagaimana mungkin?”. Tetapi, Malaikat berkata semuanya adalah mungkin bagi Allah dan Maria sungguh dikuatkan dan diberkati Allah. Allah tidak berkata bahwa semuanya akan mulus atau mudah, tetapi kita ketahui bahwa perjalanan Maria yang sulit dan susah sebagai ibunda Al-Masih dan Allah besertanya. Sungguh Maria adalah teladan dalam iya dan setia dalam hidupnya.


Sama halnya dengan kita semua umat beriman yang menerima baptis dan mengikuti jalan Kristus. Kita semua mengutarakan iya setiap kali memperbaharui iman katolik kita setiap Malam Paskah. Tidak ada lagi alasan untuk berkata bahwa saya dibaptis sejak bayi dan saya hanya mengikuti iman orang tua saya karena setiap tahun kita mengikuti ritus pembaharuan iman katolik dalam perayaan Malam Paskah. Masing-masing dari kita mengikuti dan menjawab pertanyaan dari pastor pemimpin misa dengan jawaban iya.


Seperti Maria, kita menjawab iya pula dalam rencana Keselamatan Allah. Pertama-tama untuk iman dan keselamatan pribadi kita sebagai orang yang menerima kabar sukacita keselamatan. Akan tetapi, setelahnya adalah untuk turut serta mewartakan kabar sukacita tersebut dalam kehidupan sehari-hari kita dalam setiap perkataan dan perbuatan kita. “Iya” yang diutarakan, seperti yang Maria ungkapkan, adalah juga turut dalam langkah Yesus dalam pewartaan Kabar Keselamatan untuk semua orang. Maria menunjukkannya mulai dari merawat Yesus sejak bayi di pangkuannya, mengikuti setiap langkah Yesus sampai menerima jenazahNya di pangkuan lagi di bawah salib.


« … Allah sulit mendapatkan manusia yang ingin dan dapat “bekerja sama” untuk keselematan manusia… Tetapi, Maria sanggup berkata iya dan setia … »


Pertanyaan adalah bagaimana kita menghidupi iya jawaban iman kita setiap harinya. Apakah iya untuk mengikuti Yesus adalah jawaban untuk hari-hari tertentu ? Hari Minggu kita sadar dan dengan sungguh ingin mengikuti sabda dan jalan Yesus, tetapi tidak pada hari lainnya. Atau jawaban iya kita adalah ungkapan kebahagiaan saja setelah menerima berkat Allah dan di saat susah atau sedih kita tidak ingat dan lupa untuk ikut dalam rencana Allah dan jalan PuteraNya. Bunda Maria telah menunjukkan berat dan terjalnya jalan setelah jawaban iya untuk ikut dalam rencana Allah. Kita harus tahu bahwa, Allah tidak mengatakan setelah iya adalah jalan mulus atau mudah. Yesus pun terus menerus mengingatkan para murid bahwa jalan Dia adalah jalan Salib dan Maria BundaNya setia sampai akhir. Tidak dipungkiri bahwa Allah menguatkan dan membimbing mereka yang menjawab iya, tetapi sekali lagi semuanya tergantung dari keteguhan dan kemauan kita dari hati kita masing-masing.


Bunda Maria adalah teladan yang sempurna untuk kita semua manusia biasa ; Bunda Maria-pun manusia biasa dengan segala kekurangan dan kelebihannya yang dengan tulus dan teguh mempersembahkan semua kepada Allah. Jawaban Iya-nya adalah persembahan total dirinya untuk menjawab rencana keselamatan Allah. Kita pun diundang untuk berbuat demikian, bahwa kita menjawab iya untuk iman ini dan turut serta dalam rencana keselamatan Allah dengan tulus. Dengan segala kekurangan dan kelebihan, kita persembahkan kepada Tuhan dalam iman : mengikuti jalan Yesus setiap hari kita melangkah dan kita ungkapkan iya iman kita dalam setiap perkataan dan perbuatan.


Seperti Bunda Maria, kita tidak mencari piala atau hadiah untuk iya dari iman yang diungkapkan setiap harinya. Jalan iya ini tidaklah mudah bahkan bisa sampai di bawah kaki salib Yesus atau bahkan seperti sabdaNya, kita-lah yang dirajam dan disiksa karena jawaban iya iman kita. Sampai titik itu pun, kita diundang untuk setia seperti contoh para martir dan orang suci yang tidak meninggalkan iya iman mereka sampai akhir hayatnya. Lalu sampai dimana Iya kita dan setia-nya?



DIAKON STEVANUS PARDAMEAN, CICM

Comments


bottom of page