
Pernahkah Anda melihat orang kesurupan? Kesurupan adalah fenomena yang cukup umum ditemukan di masyarakat Indonesia. Kesurupan kerap dikaitkan dengan fenomena gaib atau mistis. Sebagian masyarakat percaya bahwa kesurupan diakibatkan karena mahluk gaib yang mencoba masuk kedalam tubuh manusia. Menanggapi fenomena kesurupan, dalam dunia medis hal ini bukan merupakan barang baru. Kesurupan sudah dipelajari oleh medis sejak lama.
Dalam dunia medis kesurupan disebut sebagai gejala Gangguan Disosiatif atau Dissociativ Trance Disorder (DTD), kesurupan dianggap sebagai suatu gangguan mental. Orang dengan DTD mengalami keterpisahan dengan dirinya sendiri. Hal tersebut menyebabkan seseorang menjadi hilang kontak dengan pikiran, ingatan, perasaan, perilaku bahkan identitas utuhnya. Tubuh dari pengidap DTD menjadi kacau karena bagian-bagian dari dirinya tidak terintegrasi. Akibatnya, orang kesurupan dapat berperilaku atau bertingkah diluar kendalinya, seperti tiba-tiba mengamuk atau tertawa sendiri, berteriak-teriak, bersuara aneh dll. Hal inilah yang membuat orang kesurupan dianggap menjadi sosok lain atau kemasukan roh gaib. Sejatinya, kesurupan sepenuhnya terjadi karena aktivitas alamiah otak yang melibatkan sirkuit emosi, memori dan motorik, jadi bukan karena ada hantu genderuwo, kuntilanak atau roh moyangnya yang masuk kedalam tubuh.
Ada dua jenis DTD yaitu Possesion trance disorder dan Trance Disorder. Dalam kasus Possesion Trance Dissorder, orang yang mengalaminya seakan berganti identitas (menjadi sosok lain) dan kerap dipersepsikan sebagai kerasukan mahluk halus. Pengidap DTD tipe ini akan mengalami amnesia / lupa sesaat mengenai waktu, keadaan sekitar, situasi, nama dan identitasnya. Orang yang mengalami Possesion trance disorder kerap mengalami halusinasi penglihatan dan atau suara. Orang yang berhalusinasi seperti mendengar suara-suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Maka dari itu, ada sebagian besar orang kesurupan yang meronta-ronta ketakutan terhadap sesuatu. Hal ini mungkin terjadi karena orang tersebut sedang melihat sesuatu yang tidak dilihat oleh orang lain.
Beberapa faktor yang berpengeruh terhadap berkembangnya gangguan mental ini adalah : Faktor genetik/ keturunan, faktor lingkungan dan budaya yang mempengaruhi pembentukan watak dan kepribadian seseorang, stress psikososial, trauma masa lalu, hysteria dll. Dalam penanganannya, harus dinilai terlebih dahulu apakah kasusnya memang “kesurupan” atau bagian dari gangguan medis yang lain seperti psikotik, pengaruh obat-obatan, histeria, kejang epilepsi dll. Terapi yang dapat dilakukan saat terjadinya kesurupan adalah memisahkannya dari kerumunan dan menenangkan orang tersebut. Baringkan dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala supaya oksigenasi lancar. Jangan diberi minum dahulu bila belum sadar, karena bisa tersedak dan membahayakan. Bila masih berulang dan belum reda kesurupannya, bawa ke dokter terdekat, yang biasanya akan diberikan penenang lewat suntikan. Penderita bisa dikonsulkan ke psikiater untuk dilakukan psikoterapi dan penatalaksanaan kondisi yang menyebabkan kesurupan.
DR. H. BUDI SANTOSA, MM
Comments