top of page

Keinginan Untuk Sembuh dan Doa Untuk Penyembuhan

Diperbarui: 19 Apr 2019



Keinginan untuk sembuh merupakan harapan bagi mereka yang mengalami sakit. Dengan mengandaikan penerimaan kehendak Allah, keinginan orang sakit akan suatu penyembuhan itu merupakan suatu yang baik dan sangat manusiawi, terutama bila itu dilakukan dalam bentuk doa yang penuh kepercayaan yang disampaikan kepada Allah (Sir 38:9). Selain berdoa untuk memohon kesembuhan, orang sakit juga perlu berobat kepada tabib untuk mendapatkan kesembuhan (Sir 38:12-14).


Dalam Injil banyak orang pergi mendatangi Yesus, baik secara langsung, atau melalui saudara dan teman-teman mereka guna mencari kesembuhan. Tuhan menerima dan tidak mencela permohonan-permohonan mereka. Kalau pun ada keluhan, Tuhan hanya mengeluh perihal kurang percayanya mereka (Mrk 9:23; 6:5-6; Yoh 4:48). Yesus membiarkan orang banyak itu datang kepada-Nya untuk mendapatkan kesembuhan. Tuhan tidak marah kepada mereka melainkan menerima segala ‘usaha’ mereka itu untuk mendapatkan kesembuhan.


Banyak umat beriman secara pribadi memohon penyembuhan bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain. Hal ini sungguh pantas dipuji. Gereja dalam liturginya juga memohon kesehatan bagi orang sakit kepada Tuhan. Hal ini tampak dalam pelayanan sakramen yang diberikan Gereja kepada umat-Nya. Gereja adalah sakramen, kesatuan intim dengan Allah dan kesatuan dengan seluruh umat. Gereja menawarkan dirinya sebagai kemungkinan untuk bersatu secara intim dengan Allah dan kesatuan dengan seluruh umat manusia. Sakramen merupakan janji dari Kerajaan Allah yang akan datang dan merupakan pewartaan akan kebangkitan. Sakramen adalah tanda yang kelihatan akan kehadiran Misteri Allah yang tidak kelihatan.


Sakramen adalah saluran kuasa penyelamatan Tuhan yang terpilih, maka tidaklah mengherankan bila sakramen juga merupakan saluran penyembuhan, yang adalah “kuasa Kristus” untuk menyelamatkan dan diterapkan di dalam semua bidang kehidupan manusia. Tiga sakramen, yaitu Sakramen Pengurapan Orang Sakit, Sakramen Ekaristi dan Sakramen Pengakuan Dosa terutama ditujukan untuk penyembuhan, sedangkan Sakramen Imamat memberikan ‘kuasa’ kepada para imam untuk menyembuhkan orang sakit.


Sakramen Pengurapan Orang Sakit secara khusus dimaksudkan untuk menguatkan mereka yang sedang sakit. Melalui perminyakan suci orang sakit dan doa para imam, seluruh Gereja menyerahkan mereka yang sakit kepada Tuhan yang bersengsara dan telah dimuliakan supaya Ia menyembuhkan dan menyelamatkan mereka; bahkan Gereja menggabungkan diri mereka untuk secara bebas menggabungkan diri dengan sengsara dan wafat Kristus, dan dengan demikian memberi sumbangan bagi kesejahteraan Umat Allah.


Sakramen Pengurapan Orang Sakit memberikan rahmat Roh Kudus kepada mereka yang sakit. Dengan rahmat ini seluruh pribadi dibantu dan diselamatkan dengan kepercayaan akan Tuhan Allah, serta dikuatkan untuk menghadapi cobaan dan godaan iblis dan juga melawan kecemasan akan kematian. Maka, orang sakit tak hanya akan dapat menanggung penderitaan dengan berani, tetapi juga akan bergelut melawannya.


Kesembuhan juga didapatkan dalam Sakramen Ekaristi atau Misa untuk orang sakit. Dalam Misa itu, selain memohon rahmat spiritual juga memohon kesehatan bagi orang sakit. Ekaristi membebaskan manusia dari keterbatasan hidup di dunia dan membawanya ke dalam kerajaan keabadian. Ekaristi selalu menghadirkan kurban salib Kristus sepanjang masa. Ekaristi adalah sumber dan puncak karya penyelamatan. Dengan bantuan doa-doa itu, orang yang sakit diharapkan mampu terdorong untuk terus berusaha mencari pengobatan guna memulihkan kesehatan dan berjuang keras melawan sakit serta dengan hati-hati mencari berkat kesehatan yang baik. Sakramen Ekaristi memberi daya hidup abadi.


Seperti halnya Sakramen Pengurapan Orang Sakit dan Sakramen Ekaristi, Sakramen Pengakuan Dosa juga ditujukan untuk penyembuhan. Sakramen itu memberikan pengampunan dan juga kedamaian. Pengampunan berfungsi sebagai pembebasan dari dosa dan pemulihan relasi dengan Allah, sedangkan kedamaian berfungsi sebagai penyembuhan terhadap luka akibat dosa. Rekonsiliasi dengan Allah itu membawa kita pada kesembuhan.



RD. Angga Sri Prasetyo

bottom of page