Di awal tahun ini, tren spirit doll (boneka berisi roh atau jin) merebak. Sejumlah artis dan kaum muda mengasuh boneka ini seperti seorang anak karena bisa mendatangkan aneka manfaat psikis, keamanan, hingga rezeki. Banyak artikel menyatakan bahwa tindakan tersebut bisa menyembuhkan luka batin, mendatangkan rezeki, rasa damai, perlindungan, hingga menumbuhkan rasa belas kasih. Tak sedikit pengamat mengkritik fenomena asuh boneka ini hanya mencari sensasi publik, siasat monkey business, pertanda masalah psikis, dan sugesti. Walau menuai kritik, keyakinan akan manfaat asuh boneka ini tampak mengekspresikan hasrat pemenuhan kebutuhan yang manusiawi. Ini wajar karena setiap orang punya kebebasan untuk memenuhi kebutuhan hakikinya. Namun, kebebasan macam apakah yang sungguh sejalan iman kita?
ALLAH BERHARAP PADA MANUSIA YANG BEBAS Sebagai orang beriman, kebebasan pribadi harus disertai dengan tanggung jawab kita pada Tuhan. Tuhan telah memberikan kita kemampuan berpikir dan berkehendak. Kenyataan manusiawi ini menjadi prasyarat seseorang mampu bertindak bebas seturut yang diketahuinya baik. Semua menjadi bagian dari kelimpahan rahmat dari Allah yang Mahakasih. Tuhan hanya berharap agar hidup bahagia dan saling mengasihi sesama ciptaan.
Karena kebebasan adalah rahmat, Allah sang Mahapencipta dan Mahabaik bukanlah “dalang” yang mengendalikan “wayang” manusia. Melalui kebijaksanaanNya, Ia sengaja membatasi kemahakuasaan-Nya terhadap kebebasan manusia. Alhasil, manusia wajib bertanggungjawab atas tiap perbuatan dan moralitasnya. Sayangnya, kebebasan bisa menuntun pada dosa sejak kejatuhan Adam dan Hawa di Taman Firdaus. Jika begitu, apakah kebebasan ujungujungnya adalah “kutukan” dari Allah?
ALLAH MENDEKATI MANUSIA DEMI KEHIDUPAN ABADI
Allah bisa saja membuat semua manusia hanya tahu bertindak baik supaya semua orang masuk Surga. Namun, hal ini membuat manusia hanya menjadi robot dan tak ada kebebasan sama sekali. Oleh karenanya, kebebasan menguji kualitas dan kebajikan hidup manusia. Semakin ia berdiskresi menghindari dosa, ia akan mendapat ganjaran hidup abadi bersama Allah. Sayangnya, manusia mudah dikuasai dosa dan menjauhi Allah karena aneka godaan duniawi. Dunia kita banyak menyediakan pemenuhan kebutuhan manusiawi, mulai dari kenikmatan fisik, psikis, hingga rezeki. Iman terkadang tampak tidak menjawab kebutuhan-kebutuhan tersebut. Akibatnya, kita—dengan bebas—memalingkan wajah dari Allah demi kepuasan duniawi yang sesaat.
Meski ada fakta demikian, Allah tak pernah menjauhkan diri dari kita. Di Lapangan Basilika St. Petrus (2 Januari 2022), Paus Fransiskus berkata bahwa Tuhan akan selalu bersama anak-anak-Nya karena Dia takkan membiarkan kita tersesat, terjauh dari keabadian dan terang. Walau kita menolak-Nya dan berdosa, Dia akan selalu mendekat kepada kita. Peristiwa inkarnasi adalah contoh ungkapan Allah yang tak membiarkan manusia dikuasai dosa. Kerelaan-Nya untuk turun dan hadir ke dunia menandai kesungguhan kasih-Nya, yakni Ia sungguh ingin dekat dengan kita sebagai Allah sekaligus sahabat. Fakta ini seyogyanya mendorong kita untuk mendekatkan diri padaNya karena kita akan dibebaskan dari “kuasa tiranik“ dosa. Oleh karenanya, panggilan menuju keabadian ternyatakan lewat pilihan bebas kita untuk menjauhi dosa.
-FR. Leonardus Bima S.L.-
Comments