Lembutnya kurasa hadirMu mengalir dalam darahku. Percaya di kalbu makin dalam bahwa hidup di tanganMu Kau genggam. Sumber harap tak berkesudahan.’Bahasa kasih adalah bahasa kelembutan. Bahasa kelembutan adalah bahasa kehadiran Allah.
“Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada Tuhan dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah anginmsepoi- sepoi basa. Maka datanglah suara krpadanya yang berbunyi:”Apakah kerja mu di sini, hai Elia” (1Raja-raja 19; 12-13b).
Mau mengenal Allah kenalilah bahasaNya. Kenalilah kasih yang lemah lembut. Hidup di Jakarta penuh dengan persaingan, adu cepat, adu kuat, debat adu suara keras. Ada bahaya kita kehilangan kehalusan budi bahasa. Tuli menutup telinga terhadap suara kehadiran Tuhan yang lemah lembut.
Masa pantang puasa adalah saat untuk berlatih lemah lembut. Pantang marah, bersungut-sungut, reaktif, mengeluh, tergesa-gesa, arogan. Puasa: membuka hati, memberi ruang hening, berlapang dada, tidak mengikuti nafsu: makan, belanja, konsumerisme, materialisme, hedonisme, masokisme, narsisme, sadisme, kasar dan kekerasan. Puasa adalah kesempatan untuk melepaskan semua keterkaitan dengan sunia yang penuh ketakutan.
Pesan ibu Teresa: “Jangan membenci karena kamu akan kehilangan kesempatan untuk mengasihi. Dan lebih baik melakukan perbuatan kecil dengan kasih yang besar daripada berbuat besar tanpa kasih”.
Kelemah-lembutan kasih mengalahkan ketakutan. Ketika saya masih kecil pernah dikejar orang gila. Saya berlari mencari perlindungan. Untunglah ibu sedang bersiri di depan rumah. Dengan penuh kelembutan kasih, beliau memelukku dan hilanglah ketakutanku.
Tuhan hadir dalam kasih yang lemah lembut melenyapkan ketakutan kita. Kasih yang sempurna mengalahkan ketakutan. Barang siapa takut dia tidak sempurna dalam kasih. Rasakan dan cecaplah kehadiran Tuhan dalam kelwmbutan nafas dan darahmu yang mengalir terus menerus dalam hidupmu sambil berdoa Tuhan Yesus kasihani lah kami. Dan lakukanlah segala perkara dengan lemah lembut seolah Tuhan Yesus sendiri yang sedang berbuat. Biarlah Tuhan semakin besar dan aku semakin kecil dalam hidupku.
“Pikullah kuk yang Kupasang dan belajar lah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwa mu akan mendapatkan ketenangan” (Mat. 11:29).
“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan. Kebaikan, kesetiaan, kelemahahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.” (Galatia 5; 22-23)
RD. T.A.M. Rochadi Widagdo
Comentarios