Malam itu seperti biasa, dingin tanpa bintang di langit. Saya dan seorang teman diundang untuk menghadiri misa arwah bagi seorang anak yang meninggal pada usia 4 tahun. “Kasihan orang tua anak ini,” bisikku dalam hati. Betapa tidak, anak yang masih lucu-lucunya itu merupakan anak satu-satunya dari pasangan muda ini.
Betapa tidak, anak yang masih lucu-lucunya itu merupakan anak satu-satunya dari pasangan muda ini. Usut punya usut, ternyata anak ini terkena suatu penyakit berat dengan kemungkinan yang sangat kecil untuk bertahan hidup, dan telah diderita sejak lahir. Sang orang tua berusaha untuk tetap tabah dalam mengahadapi cobaan dan tetap terus mencintai sang anak dengan sepenuh hati. “Dalam ketidaksempurnaanmu, engkau menyempurnakan iman kami,” demikian kata-kata yang keluar dari mulut sang ibu dalam sharing-nya kepada umat yang hadir saat itu.
Kata-kata ini tentu bukan hanya kata-kata indah yang menghibur diri, melainkan kata-kata yang sungguh lahir dari sebuah refleksi yang mendalam akan suatu cobaan yang sedang mereka alami. Dalam pengalaman yang sulit sekalipun, mereka tetap menemukan sesuatu yang dapat disyukuri. Sama halnya dengan pasangan muda itu, setiap orang tentu pernah mengalami situasi yang sulit dan memiliki masalahnya sendiri.
Saat masalah datang bertubi- tubi, kita menjelma sebagai orang yang putus asa dan merasa siasia jika terus berharap pada Tuhan. Rasanya Tuhan telah meninggalkan kita. Alhasil, umpatanlah yang keluar dari mulut kita saat masalah datang. Namun, pernahkah kita mencoba untuk tenang dan mulai memaknai segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita? Hidup yang tak pernah dimaknai, tak layak untuk dihidupi.
Manusia diajak untuk terus-menerus memaknai hidupnya, termasuk saat mengalami peristiwa yang tidak mengenakkan. Ketika kita mampu memaknai pengalaman yang tidak menyenangkan sebagai pengalaman yang berahmat, maka kita akan menjadi orang yang tangguh dalam menjalani hidup dengan penuh syukur.
Hidup manusia tak lepas dari yang namanya cobaan. Tetapi satu hal yang patut kita ingat: seorang Bapa memberikan ular beracun ketika anaknya meminta roti. Percayalah bahwa cobaan yang kita alami takkan melebihi kekuatan kita. Tangan- Nya sedang merenda sesuatu yang indah bagi kita. Segala cobaan dalam hidup sungguh menyempurnakan iman kita. Iman itulah yang memampukan kita untuk senantiasa bersyukur atas apa yang telah diberikan Tuhan kepada kita.
-RD Angga Sri Prasetyo-
Comments