top of page

Kebangkitan dan Kenaikan Tuhan Yesus Kristus


Foto: Komsos/ Dani

Dalam iman katolik, refleksi kebangkitan terungkap dalam Syahadat Para Rasul. Iman kebangkitan itu dirumuskan dalam Syahadat Para Rasul dengan kalimat, “Yang turun ke tempat penantian, pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati, yang naik ke Surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa Yang Mahakuasa.” Rumusan iman akan kebangkitan ini berangkat dari perjalanan sengsara dan wafat Yesus di kayu salib. Sengsara dan wafat kiranya tidak bisa dilepaskan dari kisah mengenai kebangkitan, sebaliknya kisah kebangkitan juga tidak bisa dilepaskan dari kisah sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus.


Namun, perlu kita sadari pula bahwa wafat dan kebangkitan Yesus sebagai peristiwa memiliki sedikit perbedaan dalam peristilahannya.[1] Kematian Yesus disebut sebagai peristiwa historis karena kematian Yesus benar-benar terjadi dalam sejarah dunia dan sejarah umat manusia. Sedangkan, Kebangkitan Yesus merupakan peristiwa iman karena hanya dapat dikenal dan dilihat dalam kacamata iman. Sehingga mereka yang sebelumnya mengalami kegagalan dan mengalami putus harapan berubah menjadi sebuah kemenangan.


Iman akan Kebangkitan menjadi semakin kokoh karena iman jemaat Kristen perdana pada Yesus yang bangkit. Iman gereja perdana semakin menerangi gagasan mengenai kehidupan setelah kematian dan semakin menyatakan Yesus yang hadir dalam dunia ini.[2]


Makna Kebangkitan Yesus Kristus

Pengalaman kebangkitan membawa kesadaran baru kepada para murid akan peranan dan tempat Yesus Kristus dalam seluruh sejarah keselamatan Allah. Kebangkitan Yesus juga berkembang menurut tradisi dan teologi gereja. Maka kiranya ada empat makna kebangkitan yang bisa ditelusuri.[3]


a) Kebangkitan sebagai tindakan Eskatologis.

Kebangkitan itu memiliki ciri eskatologis yang menyangkut Allah pada zaman akhir. Yesus adalah yang sulung, yang dibangkitkan dari antara orang mati (Kis 26:23). Kebangkitan Yesus memiliki dua dimensi, antara Allah yang membangkitkan dan Yesus yang bertindak sendiri. Keduanya tidak saling bertentangan melainkan saling melengkapi.


b) Kebangkitan sebagai keselamatan.

Peristiwa kebangkitan Yesus adalah awal dari kebangkitan semua orang mati. Ialah yang sulung dari orang-orag yang telah meninggal. Harapan akan keselamatan sudah terjadi dalam diri Yesus, berarti hari penyelamatan zaman akhir itu sudah datang. Penyelamatan itu sudah datang dan telaksana dalam diri Yesus Kristus.


c) Kebangkitan sebagai cara baru Kehadiran Yesus.

Kebangkitan membuat Yesus Kristus mengatasi ruang dan waktu sehingga dapat selalu hadir di tengah umatNya dan dunia ini. Kebangkitan Yesus membawaNya pada kehidupan keAllahanNya. Yesus menjadi kepenuhan Imanuel dalam hidup umat manusia, dan menyertai manusia sampai kepada akhir zaman.


d) Kebangkitan sebagai peninggian

Peninggian berarti suatu pengenalan Surgawi dan suatu pelantikan Yesus ke dalam martabat dan kuasa Ilahi. Peninggian ini merupakan peristiwa dimana Yesus masuk dalam kemuliaan Allah yang dapat dilihat dan dialami oleh Gereja melalui iman. Naik ke Surga merupakan gagasan dimana Yesus menuju tempat dan takhta Allah.


Kenaikan Tuhan Yesus

Peristiwa tentang kenaikan hanya dikisahkan oleh penginjil Lukas (Lukas 24:50-52 dan Kis 1:6-12). Lukas menggambarkan kenaikan Yesus ke Surga sebagai suatu peristiwa yang dapat dilihat. Selama empat puluh hari, kemuliaan Yesus masih terselubung, belum tersingkap dari sosok tubuh manusia biasa. Penampakan Yesus berakhir dengan masuknya kodrat kemanusiaanNya ke dalam kemuliaan ilahi (lih. KGK 659).


Peristiwa ini melukiskan batasan antara pengalaman manusia dan pengalaman transendental dari kehadiran Allah yang mewahyukan diri. Lukas menyatakan pula bahwa kenaikan Yesus ke Surga terjadi setelah 40 hari, ini merupakan tindakan ekklesiologis Lukas untuk menyatakan bahwa Gereja telah dipersiapkan olehNya. Yesus telah diberikan kuasa atas Surga dan bumi sama seperti Allah yang berkuasa atas Surga dan bumi.


Maka kebangkitan dan kenaikan Yesus menjadi tanda dimana Yesus Kristus, Kepala Gereja, mendahului kita masuk ke dalam Kerajaan kemuliaan Bapa, supaya kita semua sebagai anggota-anggota Tubuh-Nya dapat hidup dalam harapan, sekali juga akan bersama Dia untuk selama-lamanya. (KGK 666)

[1] Emanuel Martasudjita, Pokok-Pokok Iman Gereja, Yogyakarta: PT Kanisius: 2013. hlm. 172.

[2] St. Eko Riyadi, Yesus Kristus Tuhan Kita, Yogyakarta:PT. Kanisius: 2011. hlm. 61.

[3] Emanuel Martasudjita, 2013. hlm. 182-189.



Frater Diakon Andreas Subekti


Comments


bottom of page