top of page

Katedral Santo Yosef Pontianak


Ketika kita mendengar Kota Katulistiwa, ingatan kita selalu tertuju pada Pontianak, yang juga merupakan ibu kota Kalimantan Barat, Indonesia, yang terletak di Pulau Kalimantan. Kota kita kenal karena di lewati oleh garis khatulistiwa, yang memberikan kota ini identitas geografis yang unik. Dan tepat berada di titik Katulistiwa, kira-kira 3 km ke arah utara Kota Pontianak kita bisa melihat Tugu dan Museum Katulistiwa. Dan di Museum ini kita bisa melihat berbagai hal terkait dengan sejarah, geografis Pontianak dan juga beberapa informasi terkait astronomi. Dan untuk mengunjungi kota ini banyak sekali penerbangan yang tersedia.  Dari Jakarta dengan lama penerbangan sekitar 60-90 menit dan mendarat di Bandara Supadio.

 

Pontianak mempunyai latar belakang budaya yang di pengaruhi oleh budaya Melayu, Dayak dan Cina. Didirikan pada tahun 1771 oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie, yang awalnya didirikan sebagai kesultanan dan kemudian menjadi pusat perdagangan penting karena lokasinya yang strategis di Sungai Kapuas, yang merupakan salah satu sungai terpanjang di Indonesia. Keragaman budaya ini tercermin dalam tradisi, festival, dan kuliner setempat. Festival Cap Go Meh merupakan salah satu acara budaya terbesar yang dirayakan oleh komunitas Tionghoa di Pontianak, yang menampilkan parade dan barongsai.

 

Selain budaya, Pontianak dikenal dengan kekayaan kulinernya, yang meliputi: Bubur pedas yang dibuat dengan campuran sayuran dan rempah-rempah, Sotong Pangkong yang dipanggang dan dipipihkan, disajikan dengan saus pedas, Kwetiau yang berupa mi pipih goreng yang merupakan makanan kaki lima favorit.

 

Salah satu bangunan yang sangat besar dan menarik perhatian di Pontianak adalah terdapatnya Katedral Pontianak, atau Katedral Santo Yosef, adalah salah satu Gereja Katolik Roma terbesar dan paling terkemuka di Indonesia. Gereja ini terletak di jantung kota Pontianak, Kalimantan Barat, dan berfungsi sebagai tempat kedudukan Keuskupan Agung Pontianak.

 

Pada mulanya adalah Gereja Santo Yosef yang didirikan pada awal abad ke-20 untuk melayani populasi Katolik yang terus bertambah di Pontianak. Pendirian misi Katolik di wilayah tersebut didorong oleh para misionaris Belanda. Seiring berjalannya waktu, gereja tersebut berkembang menjadi Katedral seiring dengan berkembangnya komunitas Katolik, dan wilayah tersebut menjadi Keuskupan Agung. Bangunan Katedral ini merupakan hasil dari proyek renovasi dan perluasan besar yang selesai pada tahun 2014, dan menjadi salah satu katedral terbesar dan paling mengesankan di Asia Tenggara.

 

Desain Katedral Santo Yosef memadukan gaya arsitektur modern dengan elemen Katolik dan Indonesia tradisional. Ukurannya yang besar dan penampilannya yang mencolok menjadikannya sebagai bangunan penting di Pontianak. Katedral ini memiliki fasad megah dengan dua menara tinggi, yang membuatnya tampak megah dan menjulang tinggi di tengah kota. Menara-menara tersebut melambangkan jangkauan ke surga dan merupakan ciri khas banyak katedral Katolik tradisional. Di dalam, katedral memiliki interior yang luas dan dirancang dengan indah yang dapat menampung sekitar 3.000 jamaah. Dindingnya dihiasi dengan seni keagamaan, termasuk jendela kaca patri yang rumit yang menggambarkan adegan-adegan dari Alkitab dan kehidupan Yesus Kristus. Altar adalah titik fokus katedral, dirancang dengan sangat hati-hati dan dihiasi dengan simbol-simbol keagamaan. Penggunaan kayu dan ukiran mencerminkan keahlian lokal, memadukan budaya Kalimantan dengan tradisi Katolik.

 

Patung Bunda Maria yang ada di Katedral ini yang berada di samping Gereja, merupakan tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi, karena memberikan suasana teduh, tenang dan damai.

 

Selain misa atau ibadat Ekaristi pada hari sabtu dan minggu, kita juga bisa mengunjungi Katedral ini untuk mengikuti misa harian setiap hari Senin – Jumat jam 5:30 pagi dan 6:00 sore. Sedangkan di untuk jadwal misa mingguan pada Sabtu jam 6:00 sore, dan pada hari minggu diadakan 3 kali, yaitu jam 6:00 pagi, 8:30 dan 5:30 sore.

 

Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. (TB 1Kor 3:10-11)

 

 

HERY CHRISNANTYO

Comments


bottom of page