Menjaga keragaman dan merawat kebhinekaan bukanlah sekedar ucapan akan tetapi harus selalu diwujudkan dalam keseharian. Inilah yang mengilhami Forum Silaturahmi Bangsa Jakarta Pusat dalam menggelar Buka Puasa Bersama Lintas Agama yang bertajuk “Solidaritas Tanpa Batas” di Pondok Pesantren Hurin’in Tanah Abang, Minggu (18/06/2017).
Sebelum berbuka puasa, acara dikemas secara menarik dengan pertunjukan Marawis Hurin’in, Silat Betawi, kolaborasi musik OMK GKR Pejompongan dengan Para Santri Hurin’in dan Saksofon dari Romo Rochadi. Berlanjut dengan adanya Dialog Lintas Agama yang dibagi dalam dua Sesi yaitu pertama, bertopik “Solidaritas Tanpa Batas” disampaikan perwakilan umat lintas agama dan sesi kedua bertopik “Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, anak akan belajar menemukan cinta dalam kehidupan” yang disampikanpara pemuka agama dalam memberikan siraman rohani menjelang acara berbuka puasa.
Pada sesi pertama, Fransiskus menyampaikan bahwa solidaritas tanpa batas adalah ketika kita mampu memberikan cinta kepada semua orang tanpa memandang sekat – sekat agama, ras ataupun suku. Perbedaan itu sebuah keniscayaan yang harus kita terima dari sejak lahir dan perlu disyukuri karena perbedaan itu adalah kekayaan. Senada dengan Fransiskus, Ustad Djunaedi lebih menekankan hati kembali fitri dan merayakan hari kemenangan setelah menjalani ibadah puasa.
Andre dari GKR Pejompongan mengutarakan solidaritas dasarnya Tuhan sungguh memberikan teladan dalam bersolider kepada manusia maka manusia pun harus melakukan hal yang sama terhadap manusia yang lain secara nyata dan tanpa batas dalam kehidupan kebersamaan. I Gde Ngurah Hutama dari perwakilan Hindhu menambahkan bahwa kita adalah bersaudara. Manusia musti saling menolong dan menyakiti orang lain sama saja menyakiti diri kita sendiri. Kita bisa berkata baik tapi nanti kita lihat dulu bagaimana tingkah lakunya. Beraneka ragam akan tetapi menjadi satu kesatuan sesuai dengan falsafah Tan Hana Dharma Mangrwa.
Untuk sesi kedua, lebih spesifik terkait dengan pendidikan anak. Romo Rochadi dari Gereja Anak Domba St Yohanes Maria Vianney Cilangkap menuturkan pengalaman persahabatan selama 11 tahun dengan Ustad Ramli yang sampai dengan hari ini sering saling mengunjungi. Tentang pendidikan anak, Romo Rochadi mengibaratkan bahwa orang tua itu adalah lahan dan anak itu adalah benih. Keluarga perlu didorong menjadi lahan yang baik karena benih itu akan berkembang dengan baik apabila lahannya pun memiliki kualitas yang baik. Romo Rochadi berpesan untuk saling melihat keindahan, kebaikan dan kebenaran sehingga mampu menjadi keluarga yang sakinah. Kondisi pesantren Hurin’in yang memprihatinkan perlu juga untuk didukung semua pihak.
Di penghujung acara Ustad Ramli menutup sesi kedua dengan memberikan tausyah atau siraman rohaninya. Ustad Ramli menekankan hubungan antar agama untuk terus dijaga dengan baik. Ustad Ramli dengan tegas akan membantu untuk menjaga Gereja yang dipimpin Romo Rochadi. Romo Rochadi sungguh banyak membantu dalam pembangunan Pesantren Hurin’in dan mengetuk saudara – saudara sesama Muslim untuk juga terlibat dalam proses pendidikan anak di Pesantren Hurin’in. Semua agama mengajarkan kebaikan, cinta kasih dan perdamaian. Perbedaan agama tidak boleh dijadikan sumber konflik karena kita semua adalah Pancasila. Kasus Timur Tengah membuktikan bahwa konflik sungguh merugikan. (Beny)
Comentarios