top of page

Roti Tak Beragi

Diperbarui: 11 Mei 2019


Foto: Komsos/ Dani

Setiap umat Kristiani pasti tidak asing lagi dengan Roti tak beragi karena sering kali disebutkan dalam Alkitab. Salah satunya dalam Kel 12:8, “Dagingnya harus dimakan mereka pada malam itu juga, yang dipanggang mereka harus makan dengan roti tak beragi beserta sayur pahit”.

Roti tak beragi memiliki pengaruh simbolik dalam Yudaisme dan Kekristenan. Biasanya orang Yahudi mengkonsumsi roti tak beragi pada masa Paskah Yahudi. Tradisi Yahudi inilah yang diikuti oleh Yesus pada Malam Perjamuan Terakhir, dimana Yesus memecah-mecahkan roti dan membagikan kepada para murid-Nya. Hal ini yang dipertahankan oleh Gereja Katolik hingga kini dan yang kita kenal sebagai Ekaristi.


Roti tak beragi yang biasa di sebut Matzo ini dibuat dari campuran tepung gandum dan air, yang kemudian dipipihkan dan dipanggang. Roti yang dipakai dalam ibadat harus tanpa ragi, sebab orang memandang ragi sebagai gejala kebusukan, yang dalam arti kiasan ragi berarti: pengaruh yang buruk atau keburukan. Roti tak beragi pada Paskah Yahudi diperlakukan dengan rasa hormat, inilah alasan roti tak beragi harus dipegang dan dipotong dengan tangan, tidak dengan pisau. Ada perayaan Hari Raya Roti tak Beragi yang dirayakan selama tujuh hari setelah Paskah. Selama tujuh hari tersebut, orang Yahudi memanggang roti tanpa memakai ragi sebagai peringatan akan malam pembebasan orang IbraniI dari perbudakannya di Mesir.


Pada perayaan Ekatisti, Tradisi Katolik biasa menggunakan Hosti, roti tak beragi yang berasal dari kata Latin “hostia“, artinya “korban” yang menggambaran Yesus yang mempersembahkan diri-Nya sebagai kurban untuk menebus dosa-dosa dunia. Hosti yang digunakan dalam Perjamuan Kudus adalah roti yang tidak beragi dan terbuat dari gandum saja dan tidak boleh dicampurkan dengan bahan lainnya (Redemption Sacramentum No.48-60).


Pertama kali catatan penggunaan hosti ditemukan dalam tulisan St.Epiphanus di abad ke-4. Pada Konsili pertama di Arles tahun 554, para Uskup menganjurkan untuk menyeragamkan penggunaan hosti yang digunakan saat itu di Arles. Sejak abad ke- 6, hosti yang digunakan adalah kecil, tipis dan putih, seperti yang kita kenal sekarang. Dan penggunaan hosti ini menjadi semakin umum sejak abad ke-8. (Sefin)

bottom of page