top of page

PERGILAH, KITA DIUTUS!!

Diperbarui: 19 Apr 2019



Bila kita ingin berbicara tentang kaum awam, maka terlebih dahulu kita mesti mengetahui siapakah yang dimaksud dengan kaum awam? Berdasar pada arti asli, kata “orang awam”dapat dipahami sebagai “seorang Kristen biasa”. Dengan demikian, kita dapat membenarkan pernyataan yang nampaknya paradoksal dari Pater Congar: “Tidaklah perlu mendefinisikan ‘orang awam’, tetapi yang perlu didefinisikan adalah imam dan rahib. Sebab terhadap ‘orang awam’, cukup disebut saja sebagai orang Kristen, sedangkan terhadap imam dan rahib, ada sesuatu yang perlu kita tambah pada orang Kristen.” Dengan kata lain, bukan kaum awam yang diterangkan dalam hubungannya dengan klerus, tetapi lebih mengena kalau klerus diterangkan dalam hubungannya dengan orang awam.


Dalam Lumen Gentium artikel 31 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kata ‘awam’ di sini ialah semua orang beriman kristiani, kecuali mereka yang termasuk golongan rohaniwan atau status kebiaraan yang diakui dalam Gereja. Orang beriman kristiani artinya: orang yang dengan permandian menjadi anggota tubuh Kristus, dijadikan umat Allah dan dengan caranya sendiri mengambil bagian dalam tugas keimanan, kenabian, dan Kerajaan Kristus, dan oleh karena itu sesuai dengan kemampuan mereka ikut menjalankan tugas seluruh umat Kristiani di dalam Gereja dan dunia. Lantas, ciri khas dan keistimewaan kaum awam ialah sifat sekulernya. Tugas kaum awam ialah mencari Kerajaan Allah dengan mengurus barang-barang yang fana dan mengaturnya menurut kehendak Allah. Hidup mereka ada di tengah-tengah di dunia, di tengah-tengah aneka ragam jabatan dan pekerjaan serta dalam keadaan biasa hidup keluarga dan masyarakat. Mereka dipanggil Allah untuk berada di tengah dunia menjadi ragi demi pengudusan dunia.


Dengan berdasar pada Lumen Gentium, kita dapat menemukan aspek dasar pertama dari kaum awam, bahwa mereka adalah orang-orang yang percaya pada Yesus Kristus, Christifidelis. Ciri khasnya adalah keduniaannya. Christifidelis mengandung suatu arti yang sedikit lebih luas daripada “percaya akan Kristus”; yaitu dia yang percaya 100% dan mengungkapkannya dalam praktik hidupnya. Aspek pertama ini sangat mendasar, sebab menentukan integrasi dasar kaum awam ke dalam perutusan Yesus Kristus dan Gereja. Mereka dipanggil Allah untuk menunaikan perutusannya sebagai ragi di dalam dunia dengan semangat Kristen yang berkobar-kobar.

Aspek kedua, kesadaran yang dalam sebagai orang Kristen yang mengalir dari iman yang hidup, akan membimbing mereka untuk menghayati dan mengerti secara sungguh-sungguh dan dalam kewajiban-kewajibannya, mengenai kenyataan-kenyataan ‘temporal’. Dengan kata lain, menjadi orang yang percaya pada Yesus Kristus, kaum awam mesti menyadari dan menghayati kehidupannya di tengah dunia. Kedua aspek panggilan kaum awam itu saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Inilah perutusan yang Yesus kehendaki.



RD. Angga Sri Prasetyo

bottom of page