top of page

Paroki Cilangkap Peduli Bencana di Yogyakarta


Hujan deras yang mengguyur wilayah Yogyakarta, selama tiga hari berturut-turut (27-29 November 2017), membuat sejumlah sungai meluap dan menyebabkan banjir dibeberapa kawasan, di antaranya Gunung Kidul, Bantul, dan Kulon Progo. Akibatnya, rumah-rumah warga banyak yang terendam sehingga warga harus mengungsi. Selain banjir, bencana tanah longsor juga melanda di beberapa daerah, seperti Gunung Kidul dan Kulon Progo.

Hal ini yang melatarbelakangi Yossi Septavian (25) untuk mengajak teman-temannya yang tergabung dalam komunitas ACN (Askal Club Ndalu) dan Hitam Putih, yang terdiri dari gabungan anak muda Katolik: Paroki Wonosari, Paroki Bandung, Paroki Kelor, Paroki Jenengan serta anak muda non Katolik dari Kabupaten Gunung Kidul untuk bergerak secara swadaya dalam membantu para korban bencana. Dengan dibantu oleh Yulius Septrian Wisnu Nugroho (27) atau akrab disapa Ninot, ia mulai mendata setiap perlengkapan yang dibutuhkan. Menurut Ninot, yang juga warga Paroki St. Petrus Kanisius, Wonosari, semua koordinasi mereka lakukan hanya via aplikasi chatting whatsapp. “Karena belum bisa bertemu langsung, akhirnya aku langsung menentukan bantuan yang sekiranya diperlukan dan bisa kita dapatkan dengan mudah seperti baju dan uang.”

Sadar bahwa para korban membutuhkan bantuan secepatnya, para anggota ACN dan Hitam Putih langsung membagi tugas, antara lain menjemput bantuan dari donatur, berbelanja barang-barang serta mengepak pakaian layak pakai, semuanya mereka kumpulkan di posko yang juga merupakan tempat berkumpul mereka sehari-hari yang bertempat di kediaman keluarga Bapak Tugino. Beberapa perwakilan dari KOMSOS dan redaksi INRI yang saat itu berada di posko pun turut membantu mengepak pakaian,serta menyerahkan bantuan berupa uang tunai lalu membantu berbelanja barang-barang seperti selimut, tikar, pakaian dalam, pokok dewasa dan bayi, handuk dan beberapa obat-obatan.

Menurut keterangan Ninot ditambahkan oleh Adventoro (28), banjir disebabkan oleh meluapnya air bawah tanah yang keluar melewati luweng (lubang di permukaan tanah yang menyambungkan sungai bawah tanah). Banjir paling parah terjadi di Kecamatan Semanu karena sumber mata air Bridin, Gunung Kidul meluap sehingga menyebabkan banjir dengan kedalaman 3 meter serta 30 ha luasnya. Maka mereka memutuskan untuk memusatkan bantuan di kecamatan tersebut. Kecamatan lain yang mendapatkan bantuan antara yaitu, Kecamatan Gedangsari.


Tim Komsos dan redaksi INRI diberikan kesempatan langsung untuk menyalurkan bantuan sekaligus berinteraksi dengan korban banjir. Sembari membagikan bantuan, relawan juga mendata barang-barang lain yang dibutuhkan berdasar wawancara dengan korban bencana. Bersama dengan komunitas ACN dan Hitam Putih, penyaluran bantuan ke korban bencana dilakukan dengan menaiki mobil pick up dan MPV. Barang bantuan dibagikan berdasarkan kebutuhan tiap rumah tangga dengan keterangan yang diberikan pemilik rumah atau ketua RT.

Akses jalanan yang licin dan becek, membuat para relawan berjalan dengan telanjang kaki untuk sampai ke rumah-rumah. Dari kondisi yang terlihat, ada beberapa rumah yang terkena banjir sampai ke atap rumahnya bahkan ada yang melewati batas, akibatnya banyak perabot, barang elektronik dan kasur rusak parah. Kandang-kandang ternak pun hancur karena banjir dan angin kencang. Bahkan saat itu, akses listrik serta air bersih untuk mandi pun tidak ada. Di beberapa rumah, terlihat relawan dari Mahasiswa Universitas Gajah Mada membantu membersihkan rumah dari lumpur dan mengangkut perabot rumah yang rusak untuk dibuang. Selain membagikan bantuan untuk korban bencana, relawan


Sayangnya, tim Komsos dan redaksi INRI tidak sempat mengunjungi Kecamatan Semanu karena akses jalan yang belum stabil sehingga tidak memungkinkan untuk terjun langsung.


Berdasarkan informasi dari Adventoro, ada sebanyak 41 keluarga yang berhasil dibantu oleh anggota ACN, “Ya total ada 41 tapi terdiri dari 16 KK di daerah Pacarejo, dusun Kwangen Lor, 21 KK Kwangen Kidul serta 4 KK di daerah pasar Pacarejo, Wonosari, Jawa Tegah”.


Di sisi lain, PSE dan WKRI dari Paroki Cilangkap juga menghimpun bantuan dari umat berupa dana dan barang untuk dapat dikirimkan ke Posko Wonosari. Jumlah dana bantuan yang terkumpul sebanyak 8.4 juta sedangkan barang berupa pakaian layak pakai dan alat-alat mandi. Uang dan barang tersebut digunakan oleh komunitas ACN dan Hitam Putih untuk membantu korban bencana di Yogyakarta dan Pacitan, Jawa Timur. (Shella & Stella)

Comments


bottom of page