Dalam tradisi Katolik saat memasuki masa Adven, terdapat simbol Korona (lingkaran) Adven. Kebiasaan membuat Korona Adven ini berasal dari Eropa Utara, khususnya dari bangsa Skandinavia (Swedia dan Norwegia).
Lingkaran Korona sendiri bermakna tidak mempunyai awal dan akhir (Alpha dan Omega). Korona juga dianggap sebagai penghormatan kepada Yesus Kristus, pemenang atas kuasa dosa dan maut. Selain itu, lingkaran Korona menjadi lambang terpecah-belahnya hidup manusia yang dijadikan utuh kembali oleh Yesus Kristus.
Karena makna yang begitu dalam akan Korona tersebut, maka tercetus ide dari Panitia Paskah 2018 yang tahun ini dipegang oleh wilayah 3 untuk membuat suatu kegiatan yang bisa membuat seluruh umat Gereja Anak Domba lebih memaknai makna Korona. Setelah berdiskusi dengan Romo Didit, selaku Pastor rekan di Paroki Cilangkap diputuskan bahwa tahun ini akan diadakan lomba membuat Korona Adven antar lingkungkan. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang pertama kalinya diadakan di Paroki St. Yohanes Maria Vianney.
Agustinus Laga Keraf yang bertugas sebagai koordinator lomba Korona menjelaskan bahwa tiap lingkungan mempunyai waktu persiapan pembuatan Korona selama 2 minggu, dimulai dari tanggal 18 November-30 November 2018, dilanjutkan dengan penilaian tanggal 1 Desember 2018 dan diakhiri dengan pengumuman pemenang pada 2 Desember 2018. Salah satu yang menjadi kriteria penilaian adalah warna liturgi, yaitu lingkaran berwarna hijau, hiasan wajib terdiri dari warna pink dan ungu serta lilinnya 3 ungu dan 1 merah muda. Tiga lilin ungu dianggap sebagai tanda pertobatan, dan satu lilin merah muda khusus untuk minggu ketiga atau Gaudette. Gaudette, dalam bahasa Latin berarti ‘sukacita’ menyambut kedatangan Yesus.
Umumnya Korona dibuat dari tanaman hidup yang melambangkan Kristus yang wafat namun bangkit kembali dan hidup untuk selamanya. Namun dalam lomba ini, panitia memberikan kelonggaran dengan umat bisa berkreasi menggunakan bahan-bahan daur ulang.
Pemenang lomba Korona pertama di Gereja Anak Domba jatuh kepada Bartolomeus wilayah 5 sebagai juara pertama, lingkungan Irenius Lyon wilayah 7 sebagai juara dua, diikuti dengan lingkungan Theresia wilayah 6 di posisi ketiga. Pengumuman pemenang dilakukan bersamaan saat pengumuman di misa kedua tanggal 2 Desember 2018 dan diserahkan langsung oleh Pastor Kepala Gereja St. Yohanes Maria Vianney, RD Rochadi Widagdo.
Meski persiapan panitia cukup singkat, hanya kurang dari 3 minggu namun banyak lingkungan yang ikut berpartisipasi dalam lomba Korona ini. Panita pun berharap agar lomba seperti ini bisa berlanjut di tahun mendatang serta lingkungan yang belum bisa berpartisipasi saat ini bisa ikut pada lomba berikutnya. (Shella)
Comentarios