Pembaca yang budiman pasti sering mendengar istilah Kitab Deuterokanonika yang menjadi bagian dari Kitab Suci umat Katolik. Namun apa sebenarnya Kitab Deuterokanonika itu? Sebelum membahas jawaban dari pertanyaan di atas ada baiknya kita memahami bagaimana Alkitab atau Kitab Suci disusun.
Pada jaman gereja perdana, orang Kristen memiliki kitab yang berbeda satu sama lain. Hal ini dikarenakan kitab-kitab masih berpencar, seperti Kitab Markus hanya dipegang oleh Markus, Kitab Yohanes dipegang oleh Yohanes, dan lain sebagainya.
Ketidakteraturan ini dianggap dapat menimbulkan kesulitan dalam memahami ajaran dan menafsirkan isi dari Kitab Suci. Maka dari itu, dibentuk suatu upaya untuk mengumpulkan dan menyusun semua kitab menjadi satu.
Penyusunan kitab-kitab ini disebut kanonisasi, yaitu menentukan kanon/kitab yang akan masuk ke dalam Alkitab. Penyusunan ini tidak dilakukan dengan sembarangan. Ada pihak khusus yang diberi wewenang untuk melakukannya yaitu Magisterium Gereja. Berbekal iman pada penyertaan Roh Kudus, mereka memilah-milah kitab mana yang akan menjadi Kitab Suci dan kitab mana yang tidak relevan untuk dimasukkan. Upaya ini dilakukan dari abad pertama sampai abad keempat. Dan hasilnya, keluarlah 73 kitab yang menjadi Kitab Suci.
Dalam sejarah Alkitab ada dua kali penyusunan atau kanonisasi. Yang pertama disebut Protokanonika yang terdiri dari kitab Kejadian sampai Maleakhli. Sedangkan penyusunan yang kedua disebut Deuterokanonika. Kitab Deuterokanonika biasa juga disebut sebagai kitab-kitab kanon kedua.
Kitab Deuterokanonika yang ditetapkan pada konsili Trente ini terdiri dari 7 Kitab, yaitu: Kitab Yudith, Kitab Tobit, Kitab Makabe I, Kitab Makabe II, Kitab Kebijaksanaan, Kitab Putera Sirakh, Kitab Baruch. Kitab-kitab inilah yang akhirnya menjadi pembeda antara Alkitab Katolik dan Protestan. Umat Katolik menggunakannya sebagai Kitab Suci, sedangkan agama Protestan tidak mengakui ketujuh kitab tersebut. Dan ini juga alasan mengapa Alkitab umat Katolik lebih tebal dari Alkitab Protestan.
Ada beberapa alasan mengapa Kitab Deuterokanonika ditetapkan dan dipertahankan umat Katolik dalam Kitab Sucinya. Alasan pertama adalah dalam penyusunan Alkitab, umat Katolik berkeyakinan bahwa Roh Kudus menyertai dan menerangi akal budi penyusun sehingga umat Katolik tidak akan dengan seenaknya membuang kitab-kitab itu begitu saja.
Argumentasi lain yang menguatkan keyakinan umat Katolik akan Kitab Deuterokanonika yaitu fakta bahwa kitab ini tidak berdiri sendiri. Kitab Deuterokanonika memiliki hubungan dengan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Terdapat beberapa kitab yang saling mengacu satu sama lain. Misalnya adalah hubungan Deuterokanonika dengan Perjanjian Lama, ada beberapa bagian dalam Kitab Deuterokanonika yang mengajarkan hal yang sama dengan apa yang diajarkan dalam Perjanjian Lama. Selain itu banyak juga ayat-ayat dalam Perjanjian Baru yang mengutip, mengambil referensi, dan menyempurnakan ayat-ayat dari Kitab Deuterokanonika.
INIGO AYOM
Comments