top of page

Kidung Maria

Diperbarui: 30 Mei 2019


Foto: kumparan.com

Kidung Maria yang dikenal pula dengan nama lain yakni “Magnificat” merupakan pujian Maria kepada Allah dan bagaimana Maria memuliakan Tuhan. Kidung Maria yang sangat terkenal ini terus berkumandang dan didaraskan di dalam tembok-tembok biara setiap harinya. Dalam Gereja , Magnificat paling sering dibacakan dalam Ibadat Harian. Magnificat paling sering dinyanyikan atau dibacakan selama doa malam dalam Katolik Roma dan Lutheran dan Doa Malam Gereja Anglikan.


Kidung Maria ialah sebuah kidung yang dinyanyikan olehnya pada waktu mengunjungi Elisabet, saudaranya. Dapat dibayangkan sejenak kiranya yang ada dalam hati dan pikiran Maria setelah melakukan perjalanan jauh dari Nazaret, Galilea ke Ain Karem di dataran tinggi Yudea itu. Betapa ia begitu bersukacita penuh syukur ketika memikirkan kebaikan Allah yang begitu luarbiasa atas dirinya. Kidung Maria yang indah ini adalah buah dari permenungan Maria sepanjang perjalanan jauh tersebut.


Elisabet meneguhkan siapa sesungguhnya Maria ketika dia digerakkan oleh Roh Kudus untuk berseru, “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai di telingaku, anak yang ada di dalam rahimku melonjak kegirangan. Berbahagialah ia yang percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana” (Luk 1:42-45).


Kidung Maria menunjukkan kepada kita beberapa prinsip bagi doa-doa yang kita panjatkan. Kidung Maria adalah sebuah “doa iman”, seperti Maria sendiri adalah “model iman” dan juga merupakan doa bagi kita semua. Kidung Maria ini barangkali merupakan doa yang paling dipenuhi kerendahan hati, seperti termuat dalam Kitab Suci. Dalam Magnificat, Maria mengakui kebenaran tentang siapa Allah itu dan siapa dirinya di hadapan Allah.


Katekismus Gereja Katolik (KGK) mengajarkan kepada kita bahwa “kerendahan hati adalah dasar doa” (KGK, 2559). Pasti kerendahan hati menjadi fondasi dari Kidung Maria ini, ketika dia mengakui bahwa Allah “telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya … karena yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku” (Luk 1:48,49).


Kidung Maria merupakan sebuah contoh indah tentang kenyataan bahwa kita tidak perlu melakukan perbuatan-perbuatan besar di mata publik untuk menyenangkan Allah atau menguraikan secara terinci suatu isu teologis yang mendalam. Dengan mengikuti teladan Maria dalam mengasihi Allah, mempercayai Dia dan dengan rendah hati berjalan bersama-Nya, kita semua pun dapat menyenangkan Allah. (Dimmas)

bottom of page