Basuki Abdullah
- komsosymv
- 8 Sep
- 3 menit membaca

Siapa yang tidak mengenal sosok satu ini. Salah satu maestro lukis yang dimiliki bangsa Indonesia. Dengan karya-karya realisnya yang mengundang decak kagum, beliau sudah mengharumkan nama bangsa ini dalam perjalanan hidupnya.
Basuki Abdullah lahir di Surakarta, Jawa Tengah, pada 27 Januari 1915. Ia merupakan putra dari pelukis pertama Indonesia abad ke-20, Abdullah Suriosubroto, sekaligus cucu Wahidin Sudirohusodo, tokoh kebangkitan nasional.
Sejak usia empat tahun, ia menunjukkan bakat dan kegemarannya akan melukis. Basuki kecil telah melukis beberapa tokoh ternama, seperti Mahatma Gandhi, Rabindranath Tagore, Krishnamutri, dan beberapa lainnya. Basuki sempat bersekolah di HIS Katolik dan MULO Katolik di Solo. Kemudian, pada 1933, ia mendapat beasiswa untuk belajar di Akademik Seni Rupa di Den Haag, Belanda.Setelah bersekolah di Belanda, Basuki melanjutkan studinya di beberapa sekolah seni rupa di Eropa, seperti di Paris dan Roma. Seperti ayahnya, Basuki Abdullah tumbuh menjadi pelukis Mooi Indie Indonesia yang sangat menonjol, bahkan mengangkat tema yang lebih luas. Mooi indieĀ sendiri adalah cara pandang seorang seniman terhadap karya seni lukis yang menggambarkan keindahan alam yang ada di Hindia Belanda. Istilah ini muncul sekitar tahun 1920 ā 1938-an.
Kembali ke Indonesia
Pada 1939 Basuki Abdullah pulang ke Hindia Belanfa. Lukisan-lukisan yang telah dihasilkan oleh Basuki Abdullah selama hidup di Eropa dibawa ke Indonesia untuk dipamerkan. Pameran itu dilakukan di beberapa kota, di antaranya di Surakarta, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Jakarta, Bandung, dan Medan.Selama masa kemerdekaan hingga beberapa tahun setelahnya, Basuki diketahui tinggal di Eropa dan aktif menggelar pameran di Belanda dan Inggris antara 1945-1949.
Pada 1948, dilakukan sayembara melukis saat penobatan Ratu Juliana di Belanda. Basuki menjadi salah satu pesertanya. Bahkan, Basuki berhasil memenangkan sayembara melukis Ratu Juliana, mengalahkan 87 pelukis Eropa yang menjadi peserta dalam kompetisi tersebut.
Sejak saat itu, namanya semakin mencuat. Pada 1949, ia sempat melukis Bung Hatta, M. Roem, dan Sultan Hamid II, dalam rangka Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda.
Basuki Abdullah terkenal dengan lukisan potret. Selain itu, ia juga senang menggambar pemandangan alam, flora, dan fauna. Karya Basuki Abdullah berhasil membuat banyak pihak terkesima. Ia pun mendapatkan panggilan untuk melukis raja, kepala Negara, dan mengadakan pameran lukisannya di beberapa negara.
Pameran tunggalnya pernah diselenggarakan di Singapura (1951 dan 1958), Italia (1955), Portugal dan Inggris (1956), Malaysia (1959), Jepang (1959), dan Thailand (1960). Basuki Abdullah juga pernah mendapatkan penghargaan dan menjadi pelukis istana kerajaan Thailand. Bahkan, total ada sekitar 22 negara yang memiliki lukisan karyanya. Berkat perannya dalam mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional, Basuki Abdullah disebut-sebut sebagai duta seni lukis Indonesia.
Setelah menghabiskan banyak waktunya di luar negeri, Basuki Abdullah kembali lagi ke Indonesia pada 1974 dan sejak itu menetap di Jakarta. Ia menjadi salah satu pelukis terkenal di era Orde Baru yang banyak menghasilkan karya berupa pemandangan, potret tokoh, dan berbagai lukisan dengan tema mitologi.
Kehidupan Pribadi
Basuki Abdullah dilahirkan sebagai seorang Muslim. Namun di kemudian hari ia dibaptis Katolik dan mengambil nama Baptis Fransiskus Xaverius. Basoeki sendiri sering mencantumkan nama baptisnya pada karyanya. Di Museum Basoeki Abdullah, saat ini masih tersimpan setidaknya dua koleksi lukisan yang ditandatangani dengan inisial FX (Fransiskus Xaverius).
Dalam perjalanan hidupnya, Basoeki menikah empat kali, istri pertamanya bernama Josephin, seorang gadis Belanda. Keduanya menikah di Gereja Katolik Den Haag Belanda pada tahun 1937. Dari hasil pernikahannya dengan Josephin, Basoeki Abdullah dikarunia seorang anak perempuan bernama Saraswati (1938). Sayang akhirnya berpisah.
Tahun 1944, Basoeki menikah lagi dengan Maya Michel. Penyanyi seriosa mezzosoprano ini dinikahi Basoeki karena keduanya sama-sama seniman dan seniwati. Perkawinan inipun berakhir pada tahun 1956. Pada tahun 1958, Basoeki Abdullah menikah dengan wanita Thailand, Somwang Noi, tetapi hanya berlangsung lama sekitar dua tahun.
Wanita yang akhirnya mendampingi Basoeki sampai akhir hidupnya adalah Nataya Nareraat yang dinikahinya pada tanggal 25 Oktober 1963 dan dari wanita ini, Basoeki dikaruniai seorang putri bernama Cicilia Shidawati.
Ā
Akhir Hidup
Fransiskus Xaverius Basuki Abdullah menutup usia dengan cara yang tidak disangka. Pada 5 November 1993, Basuki ditemukan sudah tidak bernyawa di kediamannya di Cilandak, Jakarta Selatan. Basuki Abdullah meninggal karena menjadi korban perampokan yang mengincar hartanya. Diketahui para perampok itu mengincar koleksi jam tangan mewah yang dimilikinya. Banyak yang tidak menduga ternyata dalang di balik aksi perampokan tersebut adalah Wahyudi, mantan tukang kebunnya.
Karya-Karya Basuki Abdullah
Berikut ini beberapa karya lukisan Basuki Abdullah yang terkenal:
Gatotkaca dengan Pergiwa dan Pergiwati
Nyi Roro Kidul
Maria Assumpta
Djoko Taro
Fadjar
Peperangan Antara Gatotkaca dan Antasena
Gadis Bertopang Dagu
INIGO AYOM








Komentar