top of page

Paus Fransiskus: Rahmat ada, tetapi Tuhan juga bisa marah

Diperbarui: 2 Mei 2019


Gmbar: https://www.jw.org

Saat Misa Kamis pagi, dalam homili Paus Fransiskus mendesak umat Kristiani untuk memeriksa hati nurani setiap hari tentang tindakan mereka karena tidak ada yang yakin kapan dan bagaimana kehidupan akan berakhir.


Berdiam dan renungkanlah sejenak, sadarilah bahwa akhir itu akan datang kapan saja, dan janganlah kita terus hidup seperti yang kita inginkan dengan berpandangan bahwa belas kasihan Tuhan tidak terbatas. Inilah yang dikatakan Paus Fransiskus pada Misa paginya, 28 Februari 2019, di Casa Santa Marta di Vatikan.

Merefleksikan pesan dalam bacaan Kitab Sirakh, Paus mendesak untuk perubahan hati dan pertobatan kepada Tuhan. Paus menunjukkan bahwa kebijaksanaan adalah hal sehari-hari yang berasal dari refleksi kehidupan dan berhenti memikirkan bagaimana seseorang hidup. Paus berkata, “jangan ikuti naluri Kita, kekuatan Kita, memanjakan nafsu hati Kita.” Semua memiliki nafsu, tetapi seseorang harus berhati-hati dan mampu menguasainya.

Ambisi bukanlah hal buruk, tetapi perlu dikelola. Mereka seperti darah yang membantu melakukan banyak hal baik, tetapi jika kita tidak mampu menguasainya, maka ambisi itu akan mengusai kita, ucap Paus memperingatkan.

Bapa Suci memperhatikan relativeness kehidupan. Kita tidak kekal, kita tidak dapat berpikir untuk melakukan apa pun yang kita suka, percaya pada belas kasihan Allah yang tak terbatas. Jadi, jangan gegabah dan percaya bahwa Kita akan lolos begitu saja. Kita mungkin lolos begitu saja tetapi Kita tidak tahu apa selanjutnya.


Gambar: https://www.royaloceancollege.com/

Jangan katakan: "Belas kasih Tuhan itu hebat, dia akan mengampuni banyak dosaku", jadi aku terus melakukan apa yang kuinginkan. Mengenai hal ini, saran dari ayah atau kakek adalah: "Jangan menunggu untuk mempertobatkan diri kita kepada Tuhan, jangan menundanya dari hari ke hari karena kemarahan Tuhan tiba-tiba akan meledak," Paus memperingatkan.


Mari luangkan sedikit waktu dalam sehari untuk memeriksa batin kita, bertobat kepada Tuhan, ajak Paus. Cobalah untuk tidak membiarkan hal itu terjadi lagi dan jika kita berhasil mengendalikan diri dan tidak dikendalikan oleh hasrat kita, mungkin itu bisa terjadi lebih sedikit. Tapi tidak ada yang yakin bagaimana dan kapan hidup kita akan berakhir. Lima menit pada akhir setiap hari, kata Paus, akan membantu kita berpikir tentang perubahan hati dan pertobatan kepada Tuhan, tanpa penundaan. (Etha/Disadur dari www.matakatolik.com)

bottom of page