top of page

Maria Bunda Segala Suku bentuk amalan Pancasila

Diperbarui: 21 Apr 2019



Senin, 22 Mei 2017, bertepat di Aula Gereja Katedral Jakarta, diadakan malam penghargaan Sayembara Cipta Rupa Patung dan Lukisan Maria Bunda Segala Suku. Sayembara yang diprakarsai oleh Paguyuban Bunda Maria Indonesia ini telah di launching sebelumnya oleh Mgr.Johannes Pujasumarta (Alm.) pada 30 Mei 2015 lalu di di pelataran Candi Hati Kudus Yesus Ganjuran.


Yang melatarbelakangi sayembara ini adalah karena belum ada sosok Bunda Maria yang menjadi identitas Bunda Maria khas Indonesia. Dimana kita tahu, Indonesia memiliki begitu banyak keberagaman. Tercatat bahwa Indonesia memiliki 1340 suku bangsa dan 300 etnis yang tersebar dari Sabang hingga Merauke.

“Peserta yang mengikuti sayembara ini sebanyak 58 peserta, yang terdiri dari 44 lukisan dan 14 patung Bunda Maria. “Hal ini melebihi target dari panitia, dan secara distribusi geografis sudah mewakili hampir seluruh wilayah Nusantara.” Ujar Gomas Harun (45),  umat Paroki Block.C (St.Kristoforus), yang merupakan penggagas Sayembara Cipta Rupa Patung dan Lukisan Maria Bunda Segala Suku ini. Yang menarik adalah, ada suster dan frater yang ikut serta juga sebagai peserta sayembara ini.


Semua lukisan dan patung-patung di sayembara ini, hampir semua mengekspresikan keberagaman Indonesia. Hal ini dapet dilihat dari pakaian serta tampilan Bunda Maria pada lukisan dan patung yang ada, yaitu dengan membawa ciri khas budaya-budaya yang ada di Indonesia. Etnik Jawa, Sunda, Flores, Papua, Bali, dan masih banyak lagi.


Pemenang utama sayembara kategori patung adalah A.M Zakaria dari Yogyakarta. Dan pemenang untuk kategori lukisan adalah Robert Gunawan dari Jakarta. Hasil karya pemenang akan menjadi icon Bunda Maria Segala Suku dan hasil karya peserta lainnya akan disimpan dalam museum Bunda Maria yang rencanya akan segera dibuat dengan menggunakan hasil lelang beberapa lukisan yang disayembarakan malam itu.


Mgr.Suharyo turut hadir pada malam penghargaan sayembara ini. Dalam sambutan singkatnya, Mgr.Suharyo menekankan bahwa sayembara ini bukan hanya bicara soal seni, tetapi ini dapat direfleksikan sebagai usaha untuk mengungkapkan iman kita. Terpanggil untuk mengikuti Kristus melalui perantara Bunda Maria.


Beliau juga sangat mengapresiasi acara yang diadakan sebagai bentuk kebangkitan Indonesia ini. “Patung bunda maria segala suku akan digunakan sebagai salah satu bentuk amalan Pancasila, terutama sila ke tiga (Persatuan Indonesia)” Ujar Mgr.Suharyo. Dimulai dengan hari kelahiran Pancasila (1 Juni), seluruh umat diajak untuk berdevosi kepada Bunda Maria melalui intensi Doa Rosario Merah Putih untuk mendoakan tanah air, bangsa dan negara Indonesia sebagai perwujudan khas Gereja Keuskupan Agung Jakarta dalam semangat Amalkan Pancasila. (Sefin)


bottom of page