Istilah Rosario berasal dari bahasa Latin rosarium [dari akar kata, rosa = bunga mawar], yang berarti karangan bunga mawar. Dalam budaya masyarakat Eropa, bunga mempunyai arti yang sangat penting, yaitu sebagai tanda cinta atau hormat.
Pada abad pertengahan, umat Kristen biasanya merangkaikan bunga mawar untuk dipersembahkan kepada Maria. Mereka meletakkannya di rumah ibadat di depan gambar atau patung St. Maria. Dalam proses merangkaikan bunga mawar itu, mereka mengucapkan litani pujian kepada Maria.
Ada dua tradisi mengenai asal-usul doa Rosario. Pertama, tradisi yang bersumber pada pengalaman St. Dominikus, pendiri Ordo Dominikan, pada awal abad ke-12. Menurut tradisi ini, Bunda Maria menampakkan dirinya kepada St. Dominikus. Dalam penampakkan itu, Maria memberikan Rosario kepada Dominikus dan meminta Dominikus untuk mewartakan Rosario itu.
Bunda Maria berjanji, jika Dominikus dengan setia mewartakan dan mendoakan doa Rosario, maka karya kerasulannya akan berhasil. Saat itu, Santo Dominikus kebetulan sedang berjuang melawan kaum bidaah Albigensian [suatu kelompok yang tidak percaya terhadap misteri kehidupan Kristus sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia]. Dalam sejarah akhirnya, Dominikus dan para pengikutnya berhasil ‘mematikan’ bidaah Albigensian itu dengan jalan menggalakkan doa Rosario.
Tradisi ini juga menyebutkan bahwa St. Dominikus adalah santo yang menyebarkan doa Rosario seperti yang kita kenal sekarang. Ia mempunyai peran yang cukup besar dalam memperkenalkan doa Rosario kepada umat meski catatan riwayat hidupnya tidak menuliskan bahwa dirinyalah yang menyusun doa Rosario; bahkan konstitusi Dominikan juga tidak menyebutkannya sebagai pencipta doa Rosario.
Pada zaman Santo Dominikus, manik-manik yang sebelumnya dipakai untuk mendaraskan Doa Bapa Kami, mulai dipakai untuk mendaraskan Doa Salam Maria. Secara puitis umat mulai menyebut chaplet atau satu untaian manik-manik dengan nama rosarium, yang berarti karangan bunga mawar untuk Maria.
Dalam perjalanan waktu, Doa Bapa Kami yang telah digantikan dengan Doa Salam Maria, dibagi dalam tiga lingkaran lima puluhan, kemudian dibagi lagi ke dalam lima perpuluhan. Doa Bapa Kami lalu diucapkan pada setiap awal Salam Maria, dan pada akhir perpuluhan diakhiri dengan kemuliaan. Dengan demikian, terjadilah doa Rosario yang kita kenal sampai saat ini.
Kedua, setelah mapan secara historis, doa Rosario mulai mendapat dukungan dari lingkungan kepausan. Sikap itu bermula dengan dimasukkannya doa Rosario menjadi doa perang suci melawan Albigensian dan musuh-musuh Gereja, khususnya yang berada di Timur Tengah.
Saat itu, negara-negara Eropa diserang oleh kerajaan Ottoman sehingga terdapat ancaman yang genting bahwa agama Kristen akan terancam punah di Eropa. Jumlah pasukan Turki telah melampaui pasukan Kristen di Spanyol, Genoa, dan Venesia. Menghadapi ancaman ini, Paus Pius V meminta umat Katolik untuk berdoa Rosario agar pasukan Kristen memperoleh kemenangan.
Pada tanggal 7 Oktober 1571, Paus Pius V bersama-sama dengan banyak umat beriman berdoa Rosario di Basilika Santa Maria Maggiore. Sejak subuh sampai petang, doa Rosario tidak berhenti didaraskan di Roma untuk mendoakan pertempuran di Lepanto.
Walaupun nampaknya mustahil, namun pada akhirnya pasukan Katolik menang pada tanggal 7 Oktober tersebut. Jadi secara umum, orang menerima bahwa kemenangan pasukan Katolik yang dipimpin oleh Don Juan atas pasukan Turki dalam pertempuran pada tanggal 7 Oktober 1571, merupakan berkat kekuatan doa Rosario.
Doa ini kemudian berkembang di kalangan umat beriman dan mendapat tempat istimewa dalam Gereja. Paus Gregorius XIII menetapkan tanggal 7 Oktober sebagai Pesta Maria Ratu Rosario. Kemudian pada tahun 1884, Paus Leo XIII menetapkan bulan Oktober sebagai bulan Rosario.
Sumber : katolisitas.org
留言